Archive for the ‘Uncategorized’ Category

h1

wow, inilah solusi bagi para petani tembakau

Juni 22, 2011

Selama ini, tembakau dianggap tidak bermanfaat bagi kesehatan. Tetapi kini para ilmuwan berhasil menggunakan tembakau yang dimodifikasi secara genetik untuk memproduksi obat diabetes dan kekebalan tubuh. Hasil penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal BMC Biotechnology, awal Maret lalu.

Ilmuwan dari beberapa lembaga penelitian Eropa berpartisipasi dalam proyek bertajuk “Pharma-Planta” yang dipimpin Profesor Mario Pezzotti dari Universitas Verona itu. Mereka membuat tembakau transgenik yang memproduksi interleukin-10 (IL-10), yang merupakan cytokine anti-radang yang ampuh. Cytokine adalah protein yang merangsang sel-sel kekebalan tubuh agar aktif.

Kode genetik (DNA) yang mengode IL-10 ditanam dalam tembakau, lalu tembakau akan memproduksi protein tersebut. Mereka mencoba dua versi IL-10 yang berbeda. Satu dari virus, yang lainnya dari tikus. Para peneliti menemukan, tembakau dapat memproduksi dua bentuk IL-10 itu dengan tepat. Produksi cytokine yang aktif cukup tinggi, yang mungkin dapat digunakan lewat proses ekstraksi dan pemurnian.

Langkah selanjutnya, IL-10 hasil tembakau itu diberikan kepada tikus untuk meneliti seberapa efektif ia membangkitkan kekebalan tubuh. Penelitian menggunakan IL-10 hasil tembakau dalam dosis kecil dapat membantu mencegah kencing manis atau diabetes melitus tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 atau diabetes anak-anak dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pankreas. Sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat diderita anak-anak maupun orang dewasa.

Menurut Prof. Pezzotti, tanaman transgenik menarik untuk sistem produksi protein kesehatan karena menawarkan kemungkinan produksi pada skala besar dengan biaya rendah. “Sehingga menghindari proses pemurnian yang panjang dibandingkan dengan obat tradisional sintetis,” katanya.

Tidak sekadar sebagai obat anti-radang dan mencegah diabetes melitus tipe 1, tembakau juga bisa menghasilkan protein obat human immunodeficiency virus (HIV) penyebab AIDS, yang disebut griffithsin. HIV adalah virus yang menginfeksi sel sistem kekebalan tubuh manusia. Bedanya, bukan tembakaunya yang menghasilkan protein, melainkan virus tembakaunya.

”Tanaman tembakau dapat segera memperbaiki citra di mata para ahli kesehatan masyarakat,” kata para ilmuwan. Dengan bantuan tembakau, obat HIV itu dapat diproduksi dalam jumlah besar dan murah. “Ini berita yang sangat penting,” kata Polly Harrison, Direktur Aliansi Pengembangan Obat Mikrobiologi. Menurut dia, sangat sulit membuat sesuatu yang cukup menjanjikan untuk obat, bahkan dalam studi laboratorium sekalipun. “Tapi ini produksi pada tingkat skala ton obat,” tutur Harrison.

Para ilmuwan telah bertahun-tahun mengetahui bahwa obat-obatan yang dikenal sebagai griffithsin melindungi orang dari infeksi HIV karena menghentikan kolonisasi virus pada lapisan vaginal. Yang menjadi persoalan, biaya untuk memproduksinya sangat mahal. Di alam, satu-satunya sumber griffithsin adalah algae merah, yang ditemukan di pantai Selandia Baru. Mereka tumbuh dalam jumlah sangat kecil untuk dapat dipanen secara efektif.

Ilmuwan sebenarnya dapat menghasilkan griffithsin dalam jumlah lebih besar lewat rekayasa genetik pada bakteri E. coli. Namun pemeliharaannya membutuhkan suhu yang tinggi dan pengadaan bahan bakunya menjadikan panen obat dari mikroba itu tetap mahal. Sekarang para ilmuwan berpaling ke virus untuk memproduksi griffithsin.

Maka, virus mosaik tembakau (TMV) yang biasanya menginfeksi tembakau pun dijadikan alat untuk memproduksi obat HIV itu. TMV berbentuk batang, dengan lebar 18 nanometer dan panjang 200-300 nanometer. Pada tubuhnya diinjeksikan gen algae merah yang menghasilkan griffithsin. Virus TMV yang telah mengandung DNA algae merah akan menghasilkan griffithsin.

Agar hasilnya besar, generasi TMV penghasil obat itu dicampur dengan air dan disemprotkan pada Nicotiana benthamiana, sepupu tanaman tembakau komersial yang sangat rentan terhadap TMV. Setelah beberapa hari terinfeksi, daun mulai layu. Berarti virus telah menyebar ke seluruh daun. Kemudian para ilmuwan tanaman memanen, mengekstraksi, dan mengambil griffithsin murni. Penelitian itu diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences, akhir Maret lalu.

“Cara paling efektif griffithsin untuk mencegah infeksi HIV adalah dengan menggunakannya dalam bentuk krim vaginal sebelum berhubungan seks,” kata Kenneth Palmer, seorang peneliti di Program Penelitian Kanker Owensboro. Griffithsin dari tembakau dalam bentuk gel telah diuji pada tikus –tikus betinanya terinveksi HIV. Dengan mengoleskan pada organ seksual, griffithsin menghentikan semua penularan HIV. Dan gel itu tidak menimbulkan efek samping, seperti keracunan, peradangan, atau iritasi. Para peneliti berharap dapat memulai satu tahap percobaan klinis pada manusia, setahun mendatang.

Memang, untuk sampai pada tahap industri, harus melewati pengujian keamanan hayati, lingkungan dan pangan, serta lolos uji klinis. “Setelah itu, baru untuk produksi bahan aktif farmasi,” kata Arief B. Witarto. Namun di Eropa hal itu akan sulit dilakukan karena banyak negara melarang pengembangan tanaman transgenik di lapangan. “Kalau di rumah kaca boleh, tapi kan tidak ekonomis,” ujar peneliti bioteknologi LIPI yang pernah empat bulan satu laboratorium dengan mahasiswa S-3 Pezzoti di Fraunhofer Institute for Molecular Biology and Applied Ecology (Fraunhofer IME), Aachen, Jerman, itu.

Menurut Witarto, di Eropa, molecular farming menjadi proyek besar Uni Eropa. “Salah satu pusat utamanya di Fraunhofer IME tersebut,” katanya. Di sana ada konsorsium besar. Para profesor dari negara-negara Eropa yang terlibat dalam konsorsium ini mengirim mahasiswa S-3-nya untuk mengerjakan penelitian itu. “IL-10 adalah salah satu targetnya, yang diketuai profesor dari Italia itu,” ujarnya.
Sumber: Gatra

h1

cerpen detective

Juni 21, 2011

Meitantei School (Detektif SMA)

oleh Kei Akmal Kurono pada 04 Mei 2011 jam 0:56

Sendiri menyepi menatap semua ratapan kehidupan. Sambilku terduduk dan merebahkan badan, aku menatap langit yang tak berbintang. Terlihat begitu sepi, hanya rembulan berbentuk sabit sajalah yang jadi penghias langit. Ternyata langit masih lebih beruntung daripada aku.

Akupun menutup mataku sejenak, merenung dan mencoba untuk instropeksi diri. Sebulan sudah aku berada diSerang. Namun, belum satupun aku menemukan seorang teman yang benar-benar teman. Aku sekeluarga harus pindah ke Serang karena ayahku dipindah tugas. Beliau bekerja sebagai polisi, sebelumnya beliau adalah Wakapolres MusiBanyuasin Palembang. Susah memang punya ayah seorang abdi negara.

“Akhsan, kau bener nak melo pindah?”, temenku Kurniawan saatku hendak pindah.

Saat itu aku masih duduk dibangku SMA kelas 2. Setahun lagi padahal. Tapi, mau tinggal dimana aku jika tak ikut pindah. Berat memang kalau harus meninggalkan teman-teman. Apalagi kami sedang akrab-akrabnya.

Sebulan sebelum kepergianku, disekolahku sempat ada kasus yang menggeparkan sekolah. Ada seorang anak cewek dari kelas satu yang nyaris mati karena tergantung di kamar mandi. Ya, namanya juga bapakku polisi, naluri untuk menyelidikipun timbul dari dalam diriku.

“woy! Awas,,, bu Yuli datang, awas.”.

Bu Yuli adalah guru Pembina PMR disekolahku. Orangnya masih muda, belum nikah. seksi, cantik pula. Sempat jadi idola di kalangan anak cowok di sekolahku.

“Maaf, Akhsan. Kamu bisa minggir sebentar?”, suara bu Yuli yang memintaku untuk bergeser dari korban.

“Ah, ibu. Bawa sarung tangan bu? Ni pakai punya saya. Saya bawa dua.”.

Dalam setiap kasusnya, ayahku tak lupa selalu mengenakan sarung tangan saat sedang berada di TKP, Tempat Kejadian Perkara. Agar saat pemeriksaan tidak menghapus bukti sidik jari yang ada. Aku juga tahu dari novel detective karangan Sir Arthur Conan Doyle, Sherlock Holmes.

Sementara bu Yuli tengah sibuk dengan korban, memeriksa nafas dan denyut jantungnya, akupun mulai beraksi dengan melakukan olah TKP. Dalam novel Sherlock Holmes, diperlukan peralatan seperti kuas untuk make-up dan serbuk tinta, serta media untuk menempel sidik jarinya. Dan akupun membawa itu semua.

Aku mulai menelusuri dari kenok pintu, mulut pintu, gayung, bak kamar mandi, sampai pada suatu benda sejenis pipa yang tergeletak di belakang pintu. Sepertinya memang bukan kasus bunuh diri.

“Ibu Yuli, di leher korban, ada kayak semacam luka memar tidak? Atau di bagian lain?”.

“Korban, korban. Beh, kau ni san. Lah cak detective be lagak kau nih.”

“Apa sih Kur? Eh, awas! Jangan pegang sembarangan.”.

“Ada, Akhsan ada. Di lehernya ada bekas luka semacam memar. Tepatnya di deket kepalanya.”.

“Oh begitu rupanya.”.

Akupun bergumam sendiri sambil terus menggali hipotesaku. Apa sebenarnya motif si pelaku, bagaimana cara kerjanya? Untung kamar mandinya tidak terkunci, jadi bukan kasus diruang tertutup. Sepertinya si korban sengaja tidak dibuat mati dan mudah untuk ditemukan.

“Akhsan, anaknya ibu bawa ke UKS ya buat perawatan.”.

“Oh iya bu. Sekalian byar nggak ada yang membuyarkan TKP.”.

Sebelum membawa korban ke UKS, aku menyempatkan untuk menandai TKP. Tentunya aku tidak lupa buat memberi garis batas.

Ketika di UKS aku langsung memeriksa data korban.

“Bu, cewek ini siswi kelas berapa? Ibu kenal?”.

“Oh, dia Ajeng. Siswi kelas x5. Mang kenapa san? Kamu kenal?”.

“Ah, nggak juga bu. Sudah telpon polisi bu?”.

“Akhsan, jangan deh, takut ngerusak reputasi sekolah. Tapi, coba Tanya Wakasek, boleh nggak?”.

Akupun hanya terdiam sambil terus memikirkan petunjuk apa lagi yang kurang. Aku juga merasa bahwa dari kata-kata bu Yuli tadi ada sesuatu yang janggal. Apa aku harus ke pak Wakasek? atau hanya diam saja membiarkan kasus ini ditutup mengikuti waktu yang berputar.

Tiba-tiba handphoneku berdering. Akupun langsung mengambilnya dari kantong dan mengangkatnya.

“Akhsan, ini Ayah.San, kata temen kamu disekolah ada kejadian percobaan pembunuhan ya? Gimana keadaan korbannya?”.

“Oh, Ayah. Ini yah, kondisinya sih udah mendingan. Sudah sadar tapi sedang istirahat. Yah, emang siapa yang nelepon ayah?”.

“Kurniawan temen mu. Ayah kesana sekarang ya.”.

“Jangan yah. Dari pihak sekolah nggak mau berita ini sampai tersebar keluar. Byar aku saja yang nyelidiki.”.

“AKHSAN!,,, jangan bikin ulah lagi. Jangan main detective-detective lagi. Sudah, ayah sama anak buah ayah lima belas menit lagi sampai disitu.”

“Tuuut,,, tuuut,, tuuut”.

Sepuluh menit sudah sejak ayahku menelpon. Aku masih terus menyelidiki TKP lebih detil lagi. Sepertinya ada yang mengganggu pikiranku. Seperti ada yang terlewat olehku. Tapi apa?.

“Akhsan… ada bapak kau tuh lagi diruang UKS.”,

“Oh, kau kur. Iyo agek bentar lagi. Eh, Kur sini bentar.”.

“Ado apo pulo budak siko nih.”

“Oio, budak tuh lah sadar belum Kur? Agek yo, caknyo ado yang ku lewati.”.

“AKHSAN!!!, lah sudahlah kau tuh nak main detective-detectivenyo. Ini pulo Kurniawan, samo bae lah cak Akhsan. Dasar budak duo nih. Pegilah galo. Byar pak plisi ni be yang urus. Pegi, pegi.”.

Sosok laki-laki berkumis tebal yang berseragam polisi dengan pangkat yang banyak didada atas kantong seragamnya itu membentakku. Ya inilah Ayahku. Walau kelihatannya galak beliau itu sebenarnya baik. Jujur, penuh wibawa dan nggak korupsi. Hem, rumah kami saja masih rumah dinas, ayahku juga kalau kekantor selalu naik mobil butut kami. Sebuah mobil suzuki carry, entah keluaran tahun berapa.

“Aida ni budak duo masih be disini. Pegi sana. Saro nian diomonginyo.”

“Iyo, iyo.”

Akupun langsung menuju UKS. Dan di dalamnya hanyalah Ajeng yang jadi korban dan ibu guru Yuli. Ternyata Ajeng sudah sadar, sementara itu bu Yuli sibuk di westafel tengah mencuci sesuatu.

“Bisa ku bantu bu Yuli?”.

“Oh, nggak usah san. Sudah beres.”.

Melihat Ajeng yang mulai sadar, insting menyelidikiku langsung bergerak. Aku mulai mengambil kertas dalam saku kemeja dan pulpennya. Karena Ajeng mesih terlihat shock, aku akan mulai dengan basa-basi dulu.

“Hai Ajeng. Gimana perasaannya? Udah mendingan? Kenalin aku Akhsan kelas 2 bahasa.”.

“Hai kak. Ehm, lumayan enakkan sih. Kakak tau dari mana nama Ajeng? Ini dimana kak? Kok Ajeng bisa disini?”.

Ajeng, cewek SMA kelas satu berambut lurus sebahu berkulit sawomatang dengan mata agak sipit. Dan jadi terlihat sipit saat ia melihat ke arah bu Yuli. Seperti ada sesuatu diantara mereka.

“Ajeng. Ajeng, maaf Ajeng.”.

“Ah, oio kak apa? Kak maaf, nak minum.”

“oh, agek bentar. Kur, tolong ke dapur guru minta ke pakbon teh hangat.”.

“Lah ini san tehnya dari tadi sudah di bawain sama pakbon”

“Oh ibu. Iyo bu. Nah ini minumnya Ajeng.”

Saat bel sekolah tiba, aku memutuskan untuk mengikuti Ajeng pulang. Tentu dengan ditemani teman sejatiku, Kurniawan. Mungkin kalau di novelnya sir Arthur Conan Doyle, kami adalah pasangan Holmes dan dr. Watson.

“Akhsan, ngapoi pulo kita nih ngekor budak ni? Lah dak kate kerjaan be.”

“Kau tau dak Kur? Pelakunya lah ketahuan.”

“hah? Siapo dio san?” *kepalanya sambil toleh kanan kiri.

“Kau liat itu Kur? Perempuan yang barusan naik angkot yang sama dengan Ajeng.”

“Bu Yuli? Eh, bukannya emang bu Yuli satu arah rumahnya sama Ajeng?”

“ya, kita lihat aja nanti. Taksii!!!. Ayo Kur, aku jelasin didalam taksi saja.”

Kamipun akhirnya mengikuti angkot yang di naikin oleh Ajeng dan Bu Yuli. Setelah penjelasan yang cukup panjang, Kurniawanpun dapat mengerti alas an kenapa aku memutuskan untuk mengikuti mereka berdua.

Tiba-tiba, dibelokan terakhir dekat rumah Ajeng, angkot tadi berhenti dan semua penumpang dalam angkot turun semua. Kecuali sopir angkot, Ajeng dan BuYuli.

“San, Jingok! Beh, pembajakan. Penculikan ini san. Aku telepon bapak kau ya.”

“Dak usah Kur. Agek be. Kito jingok dulu nak kemano pelaku sikok nih.”

Akhirnya, tibalah kami pada sebuah gudang kosong dekat sungai Musi. Dan kami turun jauh sebelum bangunan gudangnya. Dan melanjutkan penyelidikan dengan jalan kaki.

“Nah, jingok dak Kur? Angkot tadi”

“Oio San, plat nomornya samo. Pi, mano dio Ajeng samo buYuli? Lah dak kate di angkot.”

“Kur, kau tunggu disini. Kalau ado apo-apo, kau telepon bapakku. Aku nak masuk dulu, nak jingok ado apo dio.”

“Oke San. Hati-hati.”

Akupun mulai memasuki gudang kosong itu. Namun, tak disangka, bu Yuli sudah berdiri didepan aku.

“Akhsan, ada perlu apa kesini? Pulang sekolah bukannya kerumah, ganti baju dulu.”

“Ah, ibu. Bu Yuli sendiri lagi ngapain disini? Rumah ibu bukan disini kan? Mana Ajeng bu?”

“Ajeng? Anak yang hampir mati disekolah tadi? Hahaha, dia memang beruntung dan bukan urusan mu.”

Benar-benar menyebalkan. Sudah jelas tertangkap basah. Akupun mencoba mencari keberadaan Ajeng dengan melirik daerah sekitar. Sangat gelap, sepertinya gudang ini sudah lama nggak dipakai.

“Ada apa Akhsan yang sok ingin jadi pahlawan?”

“Udah bu, jangan pura-pura. Polisi sebentar lagi kesini. Menyerahlah bu.”

“HEH!, apa-apaan kamu. Bisa saya tuntut kamu. Nuduh orang sembarangan.”

“Hahaha, ibu ini lucu ya. Sudah kepergok juga masih saja mengelak. Ibu juga kan yang mencoba melakukan pembunuhan pada Ajeng dikamar mandi?”

Sejenak Bu Yulipun terdiam, lalu mulai melebarkan senyumannya. Sebuah senyuman sinis yang memiliki niat jahat tertentu. Entah apa itu.

“Agung!… bawa anak itu kesini.”

Muncullah seorang pria berbadan sterek, muka sangar. Rambutnya kriting kribo, seperti waktu tren tahun tujuhpuluhan. Tidak terlalu terlihat umurnya berapa. Badannya masih tegap, berkulit sawo mateng. Lalu ia pergi hilang oleh gelapnya gudang. Namun, selang beberapa menit ia kembali lagi. Kali ini ia berdua, samar terlihat seperti badan seorang cowok dengan seragam osisnya celana panjang warna abu-abu.

“Kurniawan? Hey! Apa yang ibu lakukan pada Kurniawan?”

“Teman bodoh mu satu ini sungguh ceroboh. Agung, bawa mereka berdua buat nemuin temannya yang di ruang sebelah. Hahaha.”. *sambil agak menutup mulutnya, bu Yuli tertawa puas.

Kami berduapun di bawa keruangan yang disebutkan oleh bu Yuli tadi. Dan didalamnya memang ada sopir angkot tadi, tapi masih pinsan dan Ajeng anak kelas satu itu.

“Ajeng. Gimana kondisi kamu?”

Ajengpun hanya menganggukkan kepalanya saja. Wajahnya sangat kucel, mulutnyanya rapat ditutup oleh plakban warna hitam. Bajunya sudah basah oleh air mata dan keringat, mungkin Ajeng sudah benar-benar ketakutan. Tanpa sepengetahuan bu Yuli, aku mencoba memasang tanda dengan lampu laser punyaku. Kebetulan hari sudah mulai gelap, mudah-mudahan ayah bisa melihatnya.

“AKHSAN!!!…”

Tiba-tiba terdengar suara ayahku dari luar gudang. Dan sepertinya terdengar suara pantulan bola yang sedang berusaha ditendang kearah jendela dari luar.

“AKHSAN!!!… TANGKAP BOLANYA!…”

Haha, ternyata emang suara bola. Ternyata ayah masih tau kalau aku suka sama bola. Bolapun meluncur lewat jendela, dan ku tangkap dengan dadaku untuk kemudian melakukan firsttime shoot. Dan bola tadi mengenai bu Yuli.

Sementara itu, algojo berbadan sangar tadi mencoba buat menusukku dengan pisau. Untung aku pernah ikutan Aikido, jadi aku tau sedikit tekhnik dasar Aikido. *bergerak mengelak tikaman pisau lalu mengeluarkan tekhnik Aikido ku. Si algojo itupun akhirnya tersungkur ketanah.

“Woy, Akhsan. Udah belum?”

“Lah beres yah.”*aku mendekat kearah bu Yuli.

“Gimana bu? Menyerahlah. Aku sudah tau siapa ibu sebenarnya.”

Tanpa bicara sepatah katapun, bu Yuli hanya tersenyum.

“Menyerahlah. Polisi sudah diluar.”

*terdengar suara orang berlari mendekati pintu ruangan tempat kami di sekap. Dan pintupun akhirnya di dobrak.

“JANGAN BERGERAK!… POLISI. TEMPAT INI SUDAH DIKEPUNG! MERAPAT KE TANAH! Opsir Jana, borgol mereka.”

“Ayah.”

“Dasar anak bodoh.” *ayahku, sambil memukul kepalaku dengan pentungan polisi.

“Auw,,,”

Kasuspun ditutup. Semuanya selesai dan tak ada yang tersembunyikan lagi. Hem, ternyata kasusnya adalah hanya karena bu Yuli ingin menikahi bapaknya Ajeng. Ajeng sudah ditinggal meninggal oleh ibunya sedari kecil. Dan Ajeng tidak suka sama bu Yuli.

Sejak itu, namakupun mulai terkenal seantero Sumatra Selatan. Kasus demi kasus berhasil aku pecahkan. Tentunya bersama teman terbaikku, kini aku memanggilnya dengan Watson Kurniawan. Hingga akhirnya sekarang, aku harus pindah ke Banten. Karena harus ikut bapakku yang dipindah tugasnya ke Banten. Hari-hari aku lalui seperti orang biasa. Tanpa si Watson Kurniawan, sahabat karibku. Mungkin di Banten ini aku nggak akan menemukan teman seperti Kurniawan. Sampai ketemu lagi sobat.

*sambil memandangi bintang-bintang dari kamarku melalui jendela kamar. Terbayang senyumanku bersama sobatku yang berhasil memecahkan kasus.

Sayonara boku no tomodachi. Ja matta ne.

h1

cerpenku

Juni 21, 2011

Sang Detective

oleh Kei Akmal Kurono pada 04 Mei 2011 jam 0:59

Dikota Serang pagi ini turun hujan. Hal yang jarang terjadi selama sebulan lebih belakangan ini. Hari ini hari minggu, biasanya orang-orang pada olahraga di alun-alun kota Serang. Baik alun-alun timur maupun barat biasanya padat merayap. Dan di alun-alun barat pastinya padat dengan pasar kaget. Ya lumayan memanfaatkan timing yang pas.

Agendaku pagi ini sebenarnya ada acara di ball room hotel le dian. Acaranya Ormas baru untuk komisariat Banten. Aku mendapat undangan khusus tamu VIP.

Tok, tok, tok, tok. *terdengar suara pintu kamarku di ketuk.

“Ya, masuk.”.

“Heh, Jamal. Sudah siap belum? Lama banget sih dandannya.”.

“Eh Ria. Iya nih sudah siap.”, *sambil merapikan dasi yang kupakai didepan kaca.

Ria Damayanti, teman sekelasku di SMA. Ehm, kami sebenarnya masih kelas tiga SMA, bahkan baru naik di kelas tiga. Ya, berkat ayahku yang seorang pengarang novel detektif, aku jadi terbawa-bawa. Karena hujan sudah reda, Kami berduapun pergi ke hotel dengan mengendarai sepeda. Sekalian kampanye go green. Tentunya di belakang sepeda kami tegantung tulisan bike to school.

Sesampainya didepan hotel, aku langsung mendapat suguhan orang berkerumun. Bahkan sudah ada tanda garis polisi di sekitarnya. Ternyata baru saja terjadi sebuah kasus.

“Pak, ada apa ini?”,*sambil menepuk kepada seorang petugas polisi yang sedang memasang garis polisi.

“Oh, ini. Tadi ada orang yang mencoba menembak pak menteri waktu beliau baru saja turun dari mobilnya. Tapi untungnya meleset. Sementara di pasangi garis polisi dulu untuk mencari bukti”.

“Terus pak menterinya bagaimana pak?” * sambil bertanya-tanya matakupun mencoba memperhatikan sekitar TKP.

“Sudah di amankan dalam kamar, mas ini siapa ya?”.

“Panggil saja Jamal. Detective.”. *pandanganku mulai focus menyisir tiap sudut hotel.

Tanpa terlalu menghiraukan polisi yang sedang bertugas, aku langsung melangkahkan kaki untuk olah TKP. Tentunya dari kantung celana sudah aku siapkan sarung tangan lateks, agar sidik jariku tidak menutupi kemungkinan sidik jari si pelaku.

Dari depan pintu masuk, tempat dimana kejadian terjadi, aku mencoba masuk menuju lobi. Untuk menanyakan siapa saja yang menjadi tamu dalam acara hari ini. Dan ada hubungan apa saja dengan pak menteri. Kenapa bisa lolos penjagaan? Pasti sudah direncanakan.

“Jamal, aku main di tinggal saja. Hem, si maniak cerita detektif sepertinya mulai beraksi nih.”,* bersedakep dan sedikit menggembungkan pipi tanda kesal.

“Ah Ria, kamu kayak yang nggak tau aku saja. Sebentar, tolong pegangin helm sepeda aku.”.

Matakupun mulai melihat-lihat nama-nama dalam daftar hadir. Hampir semuanya punya hubungan dekat dan memiliki kepentingan dengan pak menteri. Merasa kurang untuk membuat hipotesa, aku mulai menyisir pinggir hotel. Dan pandanganku pun tertuju pada sebuah tong sampah yang berada di parkiran samping gedung.

“Hem, ternyata ia memakai ini. Masih amatir ternyata.”, *memungut benda tersebut dan menaruhnya dalam tas punggung. Tentu sudah ku bungkus dengan plastik.

“KYAAAAAAAAAAAAAA,,,”*suara jeritan dari dalam hotel.

Akupun langsung berlari menuju sumber suara berasal. Dan kudapati seorang pelayan perempuan yang terduduk dilantai di depan sebuah kamar hotel.

“Kenapa mba’?” *kurangkul tangannya dan kubantu dia untuk bangun.

“Maaaatii,,, ada mayat dikasur itu.”.* wajahnya terlihat benar-benar pucat.

Akupun langsung melihat isi dalam kamar, sambil ku bopong pelayan perempuan tersebut. Perlahan kami memasuki kamar, dan anehnya sosok mayat yang dilihat oleh pelayan tadi sudah tidak ada. Hanya berkas darah saja yang tertinggal membekas menodai sepray dan selimut hotel.

Pelayan itupun hanya bisa terdiam melototi apa yang terjadi dan matanya mulai meneteskan air mata sangking ketakutannya atas kejadian yang ia alami.

“JAMALLLLL,,,,”. *suara Ria yang teriak dari belakangku

“Eh, Ria. Kebetulan, tolong temenin mba ini. Barusan ia melihat mayat di atas kasur ini dan tiba-tiba menghilang saat kami mencoba masuk.”. *mataku trus terjaga sambil memperhatikan tiap sudut kamar.

“Ria, tolong panggil Briptu Udin didepan ya.”. *memegangi bercak darah dengan tangan yang sudah memakai sarung tangan.

Ada yang aneh dari kasus ini, di sembunyikan dimana mayat tadi sama si pelaku? Bagaimana cara memindahkannya? Siapa yang di bunuh?

“Jamal, bagaimana kejadiannya? Terus, mayatnya kemana?”* Sosok Pria bertubuh tinggi besar berseragam polisi lengkap dengan berbagai lencana penghargaan di dada kanannya.

“Oh, anda ternyata pak komisaris polisi resort Serang bagian kriminal dan pembunuhan, Pak Bambang Pradopo. Ehm, kurang tau aku juga. Tadi kata pelayan itu diatas kasur ini tergeletak mayat. Namun hilang begitu aku masuk.”.

“Aneh memang. Bagaimana si pelaku bisa dengan cepat memindahkan mayatnya? Lalu bagaimana hipotesa mu Jamal? Percuma kau dijuluki Detektif SMA.”.

Benar juga yang dikatakan pak Bambang. Celaka, seperti ada yang mengganggu pikiranku. Sepertinya ada yang terlewat olehku tadi. Arghhh, kenapa ini? Sepertinya aku pernah menjumpai yang seperti ini. Tapi apa?

“Ada apa ini ribut-ribut? Bagaimana acara Rakernasnya? Saya masih punya jadwal lainnya yang sudah menunggu.”.

“Oh, Pak Mentri. Saya Bambang, Komisaris Polres Serang bagian Kriminal dan Pembunuhan. Serahkan ini semua pada kami pak. Pasti segera diselesaikan.”.

Cih, yang begini ini yang bikin Negara makin bobrok.*melepas sarung tangan dan mencoba mendekati Pak Mentri. Namun,selang dua langkah dari posisiku beranjak. Aku melihat sesuatu.

“Jadwal apa Pak Menteri terhormat? Saya rasa ini ada hubungannya dengan nyawa anda pak. Jadi, sebelum ini selesai. Saran saya bapak tidak usah kemana-mana dulu.”.

“Ha, ha, ha, ternyata putranya Hasan juga ada rupanya.”, *tertawa lapas lalu menatapku dengan tatapan sinis.

“Pak komisaris, sepertinya aku tahu siapa korban kali ini. Dan dimana korban disembnyikan. Dia ada disebuah tempat di ruangan ini yang luput dari pandangan kita. Lima belas menit lagi kumpulkan para tamu di ball room. Akan aku jelaskan. Aku mau olah tkp sekali lagi untuk tahu siapa pelakunya.”.

Seperti yang telah aku rencanakan. Semua tamu Rakernas sudah pada kumpul di dalam ball room. Akupun melangkah perlahan kedepan sambil memegangi sebuah gelas yang telah aku isi dengan cairan penetral warna darah. Sehingga dalam kondisi ruang gelap, bercak darah yang sudah di samarkan dapat terlihat jelas. Dan akupun dengan skenarioku, aku mencoba menumpahkan cairan tersebut pada kemeja yang dikenakan oleh sosok pria berbadan gendut yang sedari tadi sibuk membicarakan jadwalnya.

“HEI!, Anak Hasan!!!. Apa-apaan kamu? Kamu tau berapa harga kemeja ini? Mungkin nggak akan bisa kebeli dari uang hasil jual novel bapakmu. Ingat itu.”.

“Oh, aku minta maaf. Byar nanti aku laundry kemejanya. Sekali lagi maaf.”.

“Huuuuuu,”. *sontak seluruh tamu peserta Rakernas mensoraki tindakanku tadi.

“Oh, sorry para bapak dan ibu peserta Rakernas. Ada kesalahan kecil.”. *langsung melangkah ke arah dekat podium.

“Ya, terima kasih atas waktunya yang di berikan kepadaku. Dan mohon maaf kepada pak Menteri soal yang tadi. Sebelumnya, bisa minta redupkan lampunya sebentar? Karena aku akan menjelaskan pakai slide.”.

Lampu ruanganpun telah di redupkan dan pak Menteri masih belum sadar dengan cairan yang kutumpahkan tadi. Byarlah, aku jelasin dulu hipotesaku.

“Nah, seperti yang terpampang pada slide disamping. Ini adalah foto korban yang aku ambil tadi. Bisa dilihat dipojok kanan bawah gambar ada jam dan tanggal aku mengambil fotonya. Ok. Pertama aku akan menjelaskan identitas korban. Pria ini adalah seorang wartawan dari sebuah stasiun televisi nasional. Bisa dilihat dari kartu pers yang ada dekat saku kanannya.Dia terkenal sebagai wartawan yang kritis. Hampir semua kasus korupsi dan penyelewengan berhasil ia kupas. Jadi wajar jika dia menjadi sasaran pembunuhan kali ini. Dan ku rasa motif pelaku membunuhnya ialah tak jauh dari kasus yang belakangan sedang ia liput. Tak lain adalah kasus korupsinya pak menteri yang sedang hadir dalam acara Rakernas kali ini. Bapak Norman Hidayat.”.*Tangan kananku menunjuk kearah Pak Menteri yang terkejut saat aku menyebut namanya.

“Pak Menteri, anda jugalah pelaku pembunuhan atas wartawan ini.”.*tersenyum puas karena kasus hampir selesai.

“Heh! Kau anaknya Hasan! Jangan sembarangan ya kau menuduh orang. Bisa saya tuntut nanti.”.*mukanya langsung saja berubah menjadi pucat.

“Bukti? Itu ada pada kemeja bapak. Cairan yang aku tumpahin tadi adalah cairan penetral warna darah. Walau sudah di keringkan, nodanya justru akan muncul setelah di keringkan. Butuh bukti yang lain? Team forensik akan menemukan sidik jari anda pada pakaian korban.”.

Orang gendut itupun hanya bisa terduduk lemas. Sepertinya ia menyesali perbuatannya. Kasuspun ditutup Norman Hidayat pun langsung di bawa oleh pihak berwajib. Lalu, si penembak tadi pagi yang hampir mencelakakannya ternyata adalah orang suruhannya sendiri. Sebagai alibi untuk rencana pembunuhannya. Akhirnya aku dan Rai dapat pulang kerumah masing-masing dan besok kami sudah menjadi siswa SMA biasa lagi. Tentunya jika terjadi kasus, naluri detektifku akan dengan cepat mencium baunya.

h1

Teknologi Sony Perekam Suara Terbaru

Januari 25, 2010

Info kali ini datang dari dunia gadget. bagi kalian yang sangat menyukai mengoleksi gadget-gadget terbaru dan sangat hightech,,,, ada info baru nih. datangnya dari informasiteknologi.com.
Sony menghadirkan perekam suara terbaru. Perekam seri ICD-SX ini menampilkan berbagai pilihan warna, kualitas merekam yang baik dan kapasitas menyimpan hingga 8 GB.

Selain itu, seri ini juga terintegrasi dengan fungsi Noise Cut baru yang secara efektif mampu meminimalisasi suara bising kecil maupun besar sehingga mendapat kualitas audio playback yang lebih jelas. Seri ini tersedia dalam berbagai warna yang sangat pas dengan laptop VAIO seri Z dan CS secara sempurna.

“Sony terus berusaha meningkatkan kemampuan perekam suara. Dengan kehadiran seri SX yang dilengkapi dengan fitur noise-sensitivity, mampu meningkatkan kualitas merekam sehingga hasilnya lebih tajam, realistik dan alami,” ujar Kazuo Sawachi GM Marketing Division Head PT Sony Indonesia, melalui keterangan resminya, Sabtu (2/1/2010).

Seri SX terbaru digunakan untuk merekam wawancara, rapat dan liputan siaran langsung, seri ini memiliki kualitas merekam dalam Linear PCM (44.1kHz/16bit) atau format MP3 Stereo.

Seri SX juga dilengkapi dengan tiga mikrofon uni-directional, sehingga meningkatkan sensitifitas mikrofon. Mikrofon uni-directional juga mengurangi suara bising di dalam ruangan secara signifikan, dan dapat menangkap rekaman secara tepat dari seluruh arah.

Selain itu seri SX ini juga menampilkan fungsi Noise Cut yang baru, yang mampu menurunkan frekuensi rendah dan tinggi dari suara bising yang diakibatkan peralatan elektronik seperti proyektor, dan memudahkan mendengar suara manusia saat diputar kembali.

Selain berfungsi sebagai pemutar MP3 dan format WMA, seri SX yang begitu multifungsi ini juga memberikan opsi untuk merekam dalam bentuk MP3 stereo, memudahkan proses pengubahan file pada saat ditransfer ke komputer. Seri SX yang didesain untuk penggunaan bisnis, juga memiliki perekam mikrofon telepon eksternal yang memungkinkan pengguna untuk merekam wawancara ataupun conference call melalui telepon.

Pengguna dapat merekam dengan lima setting seperti dictation, meeting, sensitive, music dan manual, sehingga memudahkan mereka untuk merekam musik dengan kualitas optimal.

Seri SX memiliki desain yang menawan dengan finishing mengkilat. Seri ini memiliki kapasitas yang lebih besar dari seri sebelumnya, yakni kapasitas 2GB, 4GB dan 8GB , sehingga mampu menyimpan musik, klip, hasil wawancara dan performance track yang lebih banyak. Waktu hidup baterai pada seri SX juga mampu bertahan hingga 19 jam.

h1

Facebook Meluncurkan Fitur Resmi Update Twitter

Januari 25, 2010

Wow, buat kalian yang senang berselancar di dunia maya. berteman dan berinteraksi didunia maya. Kini anda tidak perlu khawatir akun yang telah anda buat di beberapa site pertemanan anda akan hangus.
Facebook dan Twitter sebenarnya saling bersaing dalam hal fitur. Namun Facebook mengeluarkan kejutan dengan membuat fasilitas resmi untuk mengirimkan update status, links, foto, catatan dan sebagainya dari Halaman Facebook ke Twitter. Fitur ini hanya ada di Halaman Facebook (Facebook Page) dan bukan di profile.
Untuk mengaktifkan silakan menuju http://www.facebook.com/twitter. Jika Anda mempunyai banyak Halaman Facebook maka setiap halaman bisa dikirim ke akun Twitter yang berbeda. Selain itu akan ada pilihan apa saja yang akan diteruskan ke Twitter. Hasil di Twitter akan seperti dibawah ini. Di bagian pengiriman tertulis from Facebook.
Sayangnya fitur ini hanya ada di Halaman Facebook bukan di Profile. Jadi memang tidak bisa dipakai dalam Facebookan sehari-hari.

Semoga Bermanfaat

h1

GAME ONLINE TERBARU 2010 [GAMERANGER]

Januari 25, 2010

Ehm, bagi anda yang maniak dengan game online, ada berita terbaru nih tentang game online,,,,,, Let’s see it.
GameRanger adalah sebuah wadah dari game game online, dengan teknologi canggih game jadi mudah di akses.

cara mainya sebagai berikut

1. download GamerangerSetup.exe di http://www.gameranger.com
2. install
3. buka klik icon gameranger
4. register aku dan aktifkan
5. pilih game
6. create atau join (di situ bukan create tapi host)

usahakan kita sebagai host/create sendiri sebab kalo orang luar yg create kita yg lag, , sebab di situ pemain indo hanya sikit.

game game yg ada di situ

– Warcraft Dota
– Warcraft Frozen Throne
– Starcraft
– stronghold Crusader
– Battlerealms
– Call of duty 4
dan masih banyak lagi.
call of duty bisa create online

di situ semua game bisa create baik CD bajakaan ataup original sama aja
kalo gagal create berarti keslahan pada IP nya harus IP publik, kalo kom bisa create dota pasi bisa semua, dengan catatan kita sudah punya gamenya.

h1

Tablet PC Lepas Landas 2010

Januari 25, 2010

Ada berita bagus datang dari inilah.com.
beritanya tentang Tablet PC. Ehm, seperti apa ya?
INILAH.COM, Jakarta – Tablet PC diperkirakan akan meledak di 2010 dan akan dibeli puluhan juta orang. Hanya saja, jika produsen ingin lepas landas, harga produk ini harus di bawah US$299.

Awalnya tablet PC disebut komputer pena dan mulai didebut pada 1992. Perangkat ini kemudian gagal total. Kategori itu muncul kembali pada 2001, ketika Bill Gates memperkenalkan program Windows Tablet.

Bos Microsoft itu dengan percaya diri menyatakan tablet PC sebagai masa depan komputasi mobile. Namun tablet tetap gagal mencapai adopsi mainstream. Komputer itu hanya digunakan industri tertentu saja, seperti di bidang medis, keselamatan umum, transportasi, dan beberapa sektor manufaktur.

Menurut peneliti pasar IDC, pasar tablet PC mencapai US$950 juta pada 2009. Dengan semua tablet yang digulirkan pada 2009, maka 2010 komputer kategori ini bisa meledak.

Analis bahkan memprediksikan tablet Apple bisa terjual dua juta unit. Tapi harga bisa menjadi masalah besar. Jika produsen menginginkan tablet benar-benar lepas landas, harganya harus di bawah US$299. Namun tingkat harga serendah itu sulit terjadi di 2010.

Sebuah produk diperkenalkan Lenovo di CES beberapa waktu lalu mungkin memiliki dampak yang dramatis di pasar laptop. Produk disebut U1 itu dianggap semacam hibrida. U1 tampak seperti laptop biasa, namun layarnya bisa muncul keluar dan berubah menjadi sebuah tablet.

Di modus notebook, perangkat itu menjalankan processor Intel Core Duo dengan Windows 7. Namun saat U1 mengeluarkan layarnya, maka akan berubah menjadi sebuah tablet yang menjalankan prosesor SnapDraon Qualcomm, serta antarmuka dari versi Linux Skylight.

U1 dijadwalkan akan dirilis Mei dengan banderol US$999. Tapi tablet PC tunggal juga melejit, terutama jika Apple benar-benar melakukan inovasi di wilayah itu.

Menurut analis Deloitte, perangkat tablet dengan Wi-Fi, berada di wilayah antara SmartPhone dan Netbook. Produk itu diperkirakan akan dibeli oleh puluhan juta orang pada 2010.

“NetTabs akan memenuhi kebutuhan konsumen tertentu dibandingkan dengan smartphone yang di satu sisi masih agak kecil untuk menonton video atau bahkan browsing web. Sementara notebook, netbook, dan PC ultra-tipis di sisi lain terlalu besar, berat dan mahal,” kata laporan itu

Menurut Paul Lee, penulis laporan itu menyatakan tablet merupakan perangkat yang tepat karena tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Saat ini konsumen sudah sadar beberapa perusahaan berencana akan merilis komputer tablet versi mereka sendiri tahun ini, termasuk Apple.

Meskipun sulit meramalkan penjualan spesifikasi perangkat yang belum diketahui, beberapa analis sudah berani memperkirakan 12-bulan setelah peluncuran penjualan bisa mencapai lebih dari satu miliar dolar. Ini lebih besar dari penjualan global perangkat navigasi pribadi.

Jika teknologi baru muncul, mau tak mau akan berdampak pada teknologi yang sudah ada. “Untuk setiap satu juta tablet yang terjual maka akan ada dampak pada produk e-reader”. Lalu jika tablet bisa mengisi celah di pasar, tapi mengapa produk ini gagal di masa lalu termasuk saat Microsoft mencoba memasarkannya?

“Grafis, perangkat lunak, dan user interface kurang, juga tidak terhubung dengan baik ke jaringan selular atau Wi-Fi, dan yang paling penting produk itu sebagian besar menjadi berorientasi pada perangkat data-entry ” kata Jolyn Barker dari Deloitte

“Sebaliknya, perangkat yang mudah digunakan dan berfokus pada konsumen terutama untuk media dan browsing web, jauh lebih mungkin untuk diterima secara luas oleh pasar,” urainya. [mdr].
Wow keren bukan? nah, semoga bermanfaat untuk anda.

h1

Mari mengenal Twitter,,,,

Januari 25, 2010

Salam,,,,,Tentunya anda telah mengenal apa itu friendster, facebook, dan myspace. dan pasti jumlah temen-temen kalian sudah banyak ya.
Nah, bagaimana dengan Twitter? apa anda sudah mengetahuinya? bagi yang belum saya akan memberitahukannya sedikit info tentang Twitter.
Apa sih itu Twitter?

Twitter adalah sebuah layanan microblogging di mana anggotanya bisa menjawab pertanyaan “Apa yang sedang kamu lakukan?” dengan mengirimkan pesan singkat terbatas hanya sampai 140 karakter. Jejaring pertemanan berlogo burung berwarna biru ini sebenarnya sama saja dengan jejaring sosial lainnya. Namun, ada yang beda. Nah, apa itu?
Pengguna Twitter dapat menyebarkan informasi pesan singkat melalui beberapa cara, bisa melalui situs Twitter sendiri, melalui SMS, atau melalui aplikasi Twitter lainnya seperti Twirl, Snitter, atau Twitterfox yang merupakan aplikasi tambahan untuk browser Firefox. Karena kandungan pesan yang singkat, Twitter dimasukkan dalam kategori mikroblog, yaitu sebuah media online yang memungkinkan penggunanya menuliskan informasi pesan secara singkat. Panjang pesan tersebut biasanya kurang dari 200 karakter. Tapi tahukah Anda bahwa Twitter juga merupakan sebuah jejaring sosial yang cukup ampuh apabila Anda memanfaatkannya untuk mencari, mendapatkan teman serta memasarkan bisnis online Anda.
Sejarah Twitter
Twitter didirikan oleh 3 orang yaitu Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams pada bulan Maret tahun 2006. Dan baru diluncurkan bulan Juli ditahun yang sama. Twitter adalah jejaring sosial dan micro-blogging dimana kita sebagai pengguna dapat memberikan informasi update (perbaruan) informasi tentang diri kita, bisnis dan lain sebagainya.

Bagi Anda yang sudah biasa dengan dunia blog tentunya paham bahwa kita dapat menuliskan artikel ke dalam blog kita. Namun jangan membayangkan bahwa Twitter juga dapat melakukan hal tersebut secara bebas namun disinilah uniknya Twitter. Kita hanya dibatasi 140 karakter untuk menuliskan artikel, tidak bisa gambar dan video. Oleh karena itulah makanya Twitter digolongkan ke dalam jenis micro-blogging. Mungkin inilah salah satu alasan mengapa orang Indonesia kurang menyukai jenis micro-blogging. Tapi justru itulah letak kekuatan dan kehebatan dari Twitter. Tapi jangan anggap enteng dulu Twitter, saat ini orang Indonesi sudah sangat banyak dan semakin bertambah.

Khusus buat Anda yang menjalankan bisnis online via Internet akan dapat memanfaatkan Twitter sebagai media promosi gratis yang cukup efektif, terutama apabila Anda bermain bisnis afiliasi dimana Anda butuh trafik kunjungan yang signifikan menuju blog Anda.
Nah, bagaimana? sudah cukup jelaskan? lalu? apa anda sudah bergabung di twitter?

h1

Microsoft Office untuk handphone mu.

November 28, 2009

Manusia dalam perkembangannya selalu mengalami metamorfosis. Begitupun dengan segala kebutuhannya. Mulai dari menentukan jadwal sehari-hari hingga harus mengetik proposal yang selalu di kejar – kejar oleh deadline. Tentunya kita akan kelabakan jika harus membawa – bawa komputer atau lupa membawa laptop.
Kini, Microsoft meluncurkan Office 2010, dan ini termasuk sebuah versi untuk Windows telepon. Hal ini memiliki alat baru untuk berbagi dokumen dan memastikan mereka terlihat seperti yang diharapkan.
Rumor telah menyatakan bahwa Microsoft berencana akan mengumumkan Office Suite terbaru untuk perangkat selular.
Seperti pendahulunya, suite aplikasi ini memungkinkan pengguna mengedit Word, Excel, dan PowerPoint file, dan ada juga versi OneNote.
ketika mengambil file yang dibuat pada desktop ke perangkat mobile adalah bahwa beberapa format akan hilang dalam mentransfer. Microsoft Office Mobile berjanji bahwa 2010 akan mempertahankan format kaya, seperti tabel, grafik dan grafik SmartArt.

Akses File Online

Selain itu, aplikasi suite ini sekarang termasuk SharePoint Workspace Handphone 2010. Hal ini memungkinkan pengguna menelusuri dokumen perpustakaan, membuka file untuk melihat atau mengedit, dan menyimpan mereka langsung kembali ke server.

Pengguna perangkat lunak ini dapat secara otomatis dokumen sinkron antara smartphone dan server – ketika file ini dimodifikasi pada server, copy pada smartphone Anda akan diperbarui secara otomatis.

refrensi.

http://informasiteknologi.com/download-microsoft-office-mobile-2010-beta/#more-128

http://www.infogue.com/viewstory/2009/11/18/office_2010_dengan_windows_mobile_6_5/?url=http://ictfiles.com/detail/Software/2009/11/17/office_2010_dengan_windows_mobile_65

h1

Basket dan Harapan

November 13, 2009

Muhammad Akmal Komara

Hari terakhir pertandingan Liga Basket se-Salatiga. Tiga sekolah yang masih tersisah dan berhasil masuk kebabak selanjutnya, Theresiana High School, Laboratorium High School, SMAN 2 Salatiga.
“Aku harus lebih berusaha lagi……”, Ara, pemain dari team SMAN 2 Salatiga.
PRIIITTTT!!!!!!!!!…….., pertandingan penentuan kandidat yang akan lolos kebabak final dimulai. Masing-masing team mulai memasukin lapangan.
Suara riuh dan teriakan dari para pendukung teampun turut menambah ketegangan dalam lapangan.
“Ayo semangat!?!….. kita kalahkan musuh kita…..”, Solikin, pemain Shooting Guard team SMAN 2 Salatiga.
Bolapun mulai dilambungkan wasit, Ara, yang berada pada posisi center sedang bersiap-siap mengambil bola. Dan pertandinganpun dimulai.
Diquarter pertama pertandingan aku harus puas duduk dibangku cadangan. Sambil memperhatikan tekhnik yang dimainkan oleh lawan kami kali ini.
“Hm…. Ini tidak akan sia-sia. Latihan yang telah aku lakukan selama ini…..”, keluhku.
Sudah hamper sebulan ini aku pusatkan waktuku untuk latihan dengan sangat keras.
“Mal, ngapain lo?”, Nita, teman sekelasku yang memergokiku saat sedang latihan diSekolah.
“Oh, elo Nit. Ini, latihan buat ntar”. Balasku sambil memegang bola.
“Cie-cie, yang semangat ya!”.
“Nita, lo bias main basketkan? Main bareng yuk”.
“Ra gelem, males ah….”, jawabnya sembari berlari mengelilingi lapangan.
“Ayolah…..”, Balasku sambil melakukan shooting three point.
Nitapun tidak menjawabnya, ia asyik dengan larinya itu. Lalu, tak lama kemudian Dwi datang, teman satu team sekaligus teman seperjuanganku.
“Jam!!!!…..”, teriaknya memanggil namaku dengan lafal Inggrisnya. Tanpa berpikir lama aku langsung membalas sapaannya itu.
“Yo!!!…, wah tumben wes tangi”, bahasa Jawaku dengan logat Palembang yang masih sangat kental.
“He, kan demi untuk yang sangat amat penting dong”, balasnya dengan bahasa Indonesia yang blepotan. Ditambah logat Jawanya yang masih terdengar sangat kental, hingga memberikan kesan gaul yang dipaksakan.
“Jam…., cie, siapa tuh? Wah, ketok’e waktune ra tepat ya”, godanya sambil menatap pada Nita.
“Nita, mangnya napa? Cemburu ya?, balasku dengan muka dengan mimik yang sedikit memerah. Wah, dasar sial. Dengan warna kulit seperti orang china seperti ini, pastinya mimic mukaku bakal terlihat jelas oleh ini anak.
“Duh,…., Jamal…..Jamal. Nama doang lo bagus, tapi yang di dalam sini, jelek”. Ledeknya sambil nunjuk-nunjuk kea rah dadaku yang penuh dengan keringat.
“Eh,jangan pegang – pegang dunx…”
“Duh,sebegitunya…., tak undang yo Nitanya gen rene. Nit…”, Teriaknya pada Nita sambil melambaikan tangan. Nitapun menoleh kearah kami dan menghampiri kami.
“Iya”. Dengan suara kecilnya ia membalas teriakan Dwi.
“Woy!!??!… orang gila lo! Gimana tuh, anaknya kemari”. Ucapku.
“He, ini loh Jamal….. Hmmppp”, Ha.ha.ha. Mulut Dwi keburu aku tutup. Dan dia tidak akan macam-macam lagi.
“Iya, kenapa? Ih…, kok pake tutup – tutup mulut segala sih. Jadi penasaran nih”. Nita yang tiba – tiba sudah ada didepan mata kami.
“Ah, kagak kok…, udah ah, latihan yuk wi”, balasku sambil menarik tangan dwi untuk mengalihkan perhatian Nita.
Sambil berjalan aku terus – terusan menceramahi Dwi yang hampir saja mempermalukanku depan Nita. Dengan tangan yang kurangkul pada lehernya aku sedikit mencekiknya.
“Dwi Anggara, inget ya. Jangan ngomong yang aneh – aneh kalau lagi di depan Nita. Awas lo!”, ancamku sambil melempar bola kea rah ring.
“Jam, tapi kan kasihan Nita. Kayaknya dia naksir lho ma elo”, ocehnya sambil terus memperhatikan Nita.
“Jam…,”.
BUUKK!!!?, suara bola basket yang aku lempar kearah Dwi untuk menghentikan komat-kamitnya itu.
“Auww…, sakit bego. Awas lo”. Ancamnya.
Namun, aku sama sekali tidak menghiraukan ancamannya itu. Aku justru membalasnya dengan menjulurkan lidahku ke arahnya. Dwi pun menambil bola basketnya dan membalas melempariku dengan bolanya itu.

Sorenya dirumahku. Aku baru selesai dari latihanku. Ibu dirumah sudah menyiapkan air hangat dan makan malam. Rumahku yang cukup sederhana ini…., ehm, bukan. Rumah dinas yang cukup nyaman ini. Yang sudah hamper lima tahun kami tempati masih terlihat rapih dan bersih. Dengan penataan dan penenpatan perabotan yang tepat sehingga enak untuk dipandang. Ya, tentunya semua itu berkat jasa ibuku yang selalu memperhatikan dan memiliki kepekaan yang tajam soal kebersihan rumah. Hem, aku punya adik dua. Satu cewek, yang satu lagi cowok. Lalu, bapakku yang belum pulang dari main tenisnya. Jadi kami semua sekeluarga 5 orang.
“Kakak, dah mandi belum? Itu air panasnya sudah ibu siapkan. Nanti keburu dingin loh…”, suara ibuku yang terdengar begitu nyaring di telingaku.
“Iya bu. Ini baru aja mau kekamar mandi”. Balasku sambil mengambil handuk di jemuran kecil yang ada di sebelah pintu kamar mandi.
“Kak, sini… Ade bawa game baru dari teman”, bisik ade laki-lakiku sambil menunjukkan game PC yang baru ia pinjam dari temannya.
“Agek ah…, nak mandi dulu”, balasku sambil mengusap-usap rambutnya yang lurus.
“Iqlal…, jangan ganggu kakakmu. Biarin dia mandi dulu”. Lagi-lagi suara ibu yang mendamaikan hati kembali terdengar.
Selesai aku mandi, dan tentunya dengan pakaian tidurku, aku membaringkan badanku di atas kasur kapukku sambil membuka-buka buku pelajaran esok hari.
Baru habis satu halaman yang ku pelajari, wajah Nita yang cantik dan oriental itu muncul di halaman selanjutnya. Sambil tersenyum ia melambaikan tangannya padaku. Senyuman manis dengan lesung pipinya itu membuat matanya yang sipit seolah terpejam. Akupun membalas senyumannya itu.
“Jamal…”, bisikan suara yang terdengar sangat pelan memanggil namaku.
“Ah,…., iya”. Jawabku dengan nada yang terkejut dan terbangun dari lamunanku.
Akupun terdiam sejenak, lalu membenarkan posisi bantal dan seprai kasurku untuk kemudian pergi tidur. Hingga akhirnya mataku terpejam.

Paginya di sekolahan, aku berlari menuju ruang kelasku. Hari itu aku bangun kesiangan. Sambil menaiki anak tangga satu-persatu aku mempercepat langkahku.
Tak jauh dari ruang kelasku, aku melihat Nita baru saja masuk sambil membawa buku absent. Suara gaduh di dalam kelas terdengar begitu jelas dan terhenti sejenak saat aku mengetuk pintu dengan pelan. Sepi, benar-benar jadi diam. Akupun langsung membuka pintu tanpa berpikir panjang lagi. Suasana menjadi sangat sunyi saat aku masuk hingga….
“HUUU…..”, suara sorak-soray teman sekelasku yang menjadi lebih gaduh dari sebelumnya.
“Ha?…..”, balasku dengan suara pelan sambil menutup kembali pintu kelas.
Aku meneruskan langkahku menuju bangku tempatku duduk. Tepat dibelakang kursiku, Nita telah duduk dengan begitu manis. Seperti biasanya, ia memang anak yang murah senyum. Ehm, kali ini ia tampak lebih cantik dengan jilbabnya. Ha? Jilbab?. Ya, pagi itu aku melihat Nita sudah mengenakan Jilbab. Kok, tumben. Tanpa basa-basi lagi dan di dorong oleh rasa penasaran ku akupun menanyakannya pada Nita.
“Nita….”.
“Eh, Jamal. Baru datang ya? Wah, pasti kemarin capek banget ya? Eh, pak ari tidak datang. Beliau ada penataran di Semarang. Jadi katanya olahraga sendiri.”. Potongnya dengan mantra yang langsung membuatku skakmat tidak bisa berkata lagi.
Dengan gayaku yang sedikit sok cool aku langsung saja duduk dan membuka-buka buku pelajaran selanjutnya.
Suara bell sekolah pun berdering dua kali. Tanda pelajaran hari ini telah usai. Ketua kelas mulai sibuk mengumpulin tugas dari guru. Menarik satu-persatu kertas tugas teman-temanku. Ada yang sewot, ada juga yang ngasih duluan sebelum ditagih. Kelas pun bubar dengan suara yang gaduh.
Tak lama saat aku masih mengepak-ngepak isi tas ranselku, terdengar suara peluit pelatih basketku dari lapangan bawah. Hari itu kami ada latihan mendadak. Aku sedikit mengintip dikaca untuk memastikan jumlah anak-anak yang sudah datang.
“Jamal duluan ya….., ehm, masih ada latihan ya? Yang semangat ya”. Suara Nita yang memberiku sapaan selamat pulang. Akupun hanya membalasnya dengan anggukan kepalaku.
“Duluan ya. Assalamualaikum”. Lanjutnya serentak teman-temanya.
“Wa…., wwa…”, mulutku yang mencoba membalas tapi tidak bisa.
“Alaikum salam… woy! Jawab yang bener. Wa… wa…., dosa loh”. Suara Dwi Anggara yang datang tiba-tiba didepanku.
“Eh, elo wi? Bukannya disuruh kumpul? Kok malah disini? Lagiyan, bukannya kelas lo lagi ada ulangan?”. Balasku.
“Oh, tentu sudah. Dwi gitu loch…” sambil menepuk dadanya yang bidang.
Walau sehebat apapun caranya pamer ke aku, mataku tetap tertuju pada sosok Nita yang sudah mengenakan jilbab.
“Waduh, piye toh iki? Wong didepannya ada orang sekeren aku kok matanya malah mlirik-mlirik ke yang lain toh?”, Dwi yang kesal karena tidak aku perhatikan aksi pamernya.
Kamipun langsung bergegas menuju lapangan. Dan mendengarkan intruksi dari pelatih. Intruksi dari pelatih telah usai dan waktunya buat kami untuk latihan yang intensif. Latihanpun dimulai, team inti melawan team official. Ara dan aku masing-masing menjadi center dan pointguard. Latihan pemanasan dimulai.
Bola diposisi kami. Dwi Anggara mendrible bola. Dengan rasa percaya dirinya, ia melakukan lay up dan berhasil memasukkan bola kedalam ring. Angka 9 – 10. beda satu angka. Kini bola dipegang team official, Ara merebutnya dan mendriblenya. Ia dihalangi oleh salah satu team official. Akupun memberi kode kepadanya. Namun, disaat yang bersamaan aku melihat Nita sedang jalan berdua bareng ketua Rohis kami. Mataku terus tertuju padanya dan tak berhenti bertanya-tanya masalah hubungan mereka berdua.
Karena tidak konsentrasi pada latihan, bola yang tadinya di oper ke arahku mengenai kepalaku dengan cukup keras. Ara yang memberikanku bola tadipun memarahiku.
“Jamal! Lihat bolanya dong. Niat latihan nggak sih? Minggu depan itu semifinal, kita harus bisa juara tahun ini. Minimal masuk final…. Inget kata pelatih… kita harus mengharumkan……”. Ara kapten team basket kami tak henti-hentinya berceramah. Sosok badannya yang tinggi besar sedikit membuatku gemetaran.
“Arrgghh…. Berhenti napa. Dari tadi ceramah mulu. Kupingku panas nih…”, balasku. Lalu, tanpa terus menghiraukan ocehannya itu aku langsung mengambil bola dan sudah pada posisi untuk melakukan passing.
“JAMAL!?!!…. Pertandingan besok kamu masuk cadangan”. Balasnya lagi dengan kata-kata cukup pedas dan membuatku mati rasa.
Aku kemudian mengambil bola dan melemparnya tinggi-tinggi.
“Itu ambil sendiri. Aku duluan”. Sambil mengambil handukku yang tergantung ditiang ring basket, dan meninggalkan latihanku.

Esok harinya disekolah, aku melihat Nita berdua dengan ketua rohis didepan masjid.
“Cih…., aktifis masjid malah pacaran”, ocehku karena kesal melihat tingkah Nita.
“Woy!!! Jem, lagi apa tuh? Eh, wah… gawat tuh…., ngapain tuh pak ustadz?”, Dwi yang tiba-tiba muncul dibelakangku mengagetkanku sehingga bola basket yang tadinya ku pegang terlepas dari genggamanku. Suara pantulannyapun menggaung sehingga membuat Nita menolehkan wajahnya. Aku yang sadar sudah ketahuan sama Nita, memutuskan untuk langsung beranjak begitu saja.
“Jem, gimana nih? Wey, bolanya ndak dibawa toh? Weleh, malah ditinggal. Woy…, Jemal…,”. Dwi yang terus mengoceh melihatku yang pergi begitu saja.
Setelah kejadian itu, aku langsung memutuskan untuk kelapangan basket dan kemudian memusatkan perhatianku pada latihan.
“Loh, bolanya man……,?”, sambil melihat kearah tanganku yang sudah tidak memegang bola kesayanganku.
“Jem, ini bolanya. Malah ditinggal, gimana toh? Emangnya bolanya bisa jalan sendiri? Hebat dunx,…, baru nemuin aku bola kayak gini. Beli dimana tuh?” Dwi yang tiba-tiba muncul dengan mantra khasnya.
“Siniin. Gua mo latihan. Minggu depan semifinal. Gua harus jadi juara, dan…, menjadi MVP tahun ini”. Ucapku sambil menshoot bola yang sudah ku pegang kembali.
“Oh, gitu ya…, oke! Aku ikut latihan juga ya. He, kan satu team”. Balasnya.
Hari itupun aku latihan keras berdua dengan sobatku Dwi. Jiwaku terbakar oleh api semangat untuk menggapai impianku untuk menjadi MVP tahun ini.
Setiap hari sepulang sekolah yang kukerjakan hanyalah latihan, latihan dan latihan. Setiap hari aku pulang kerumah dengan selalu membawa oleh-oleh keringat latihanku. Walau harus puas duduk di bangku cadangan selama dua quarter. Ini tidak akan mematikan semangatku. Tidak lagi perlu memikirkan cewek dulu. Cewek dimana-mana sama saja. Suka bikin pusing.

Pertandinganpun masih berlangsung setelah sekian jauh lamunanku membayangkan usaha kerasku selama ini. Baru saja quarter kedua, satu quarter lagi aku turun kelapangan. Menjadi pemain inti dan menjadi MVP tahun ini.
PRIIIIITTTT!!!!!!!!
Ha? Suara peluit ditengah pertandingan?, Tanyaku dalam hati.
“JAMAL!!! SIAP-SIAP, ARA CIDERA”. Teriak pelatih yang membuyarkan lamunanku.
Dengan sigap, aku langsung melakukan pemanasan guna melenturkan ototku yang kaku.
Pertandinganpun semakin memanas. Theresiana High School mulai menampakkan taringnya. Dan masing-,asing pendukungpun saling memberi tepukan penambah semangat. Theresiana memimpin tiga angka. Dwi sedang berusaha melakukan rebound. Sementara pemain dari team Theresiana berusaha menghalang-halangi konsentrasi Dwi. Namun demikian, Dwipun berhasil melakukan rebound. Bola dalam genggamannya untuk saat ini. Dwipun langsung mendrible bola menuju ring musuh. Tetapi saat dia sedang melakukan ancang-ancang untuk lay upnya, pemain theresiana memblok gerakan Dwi. Bolapun diberikan ke aku dan kemudian melakukan shooting.
Pertandingan kini sudah memasukin quarter terakhir. Bola masih dipegang oleh team lawan.
“Ayo-ayo SMANDA!!!! Go SMANDA!!!….”, teriak para supporter dari SMAku. SMANDA adalah sebutan untuk SMAN 2 Salatiga.
Pemain lawan sedang siap-siap untuk melakukan shooting three point. Bolapun meninggalkan tangan pemain lawan dan sedang melayang di udara mengarah ke arah ring basket. Dan…..
BLUMMM!!!……, suara bola yang berhasil memasukin ring basket. Dan tambahan tiga point untuk Theresiana High School. Dwi bersiap-siap melakukan passing. Matanya tertuju ke arahku. Dan aku mengetahui apa maksudnya. Akupun berlari ke tengah lapangan, Dwi mulai melepaskan bola dari tangannya. Sementara aku sedang bersiap untuk menangkap bola. Dan bolapun sudah dalam genggamanku. Aku langsung mendrible bola menggiringnya menuju ring.
Kurang lebih lima meter dari ring basket, aku melakukan jump untuk melanjutkan dengan aksi dunk yang akan aku lakukan. Bolapun berhasil masuk. Namun, dunk yang barusan aku lakukan hanya memberikan point satu angka.
Pertandingan semakin memanas. Bola kembali berada di tanganku. Kini saatnya aku akan melakukan aksi three point shootku untuk mengejar ketinggalan angka.
Akupun sudah pada posisi three point shoot, bola mulai meninggalkan telapak tanganku dan melayang di udara. Dan tiba-tiba suara peluitpun terdengar. Tanda pertandingan telah usai. Sementara hasil three point shootku gagal. Kedudukan 94-92 untuk theresiana High School.
“Yeee!!!!……. Hore,……, final. Kami datang”. Teriak para pemain Theresiana.
Sementara itu kami team SMANDA, meninggalkan lapangan dengan bercucuran keringat dan perasaan kecewa. Semuanya tertunduk malu, bahkan ada yang sampai harus berlinang air mata.
Saat mendekati pinggir lapangan, aku melihat Ara berdiri sambil memberikan tepukkan ketabahan. Ia tersenyum dan berkata….
“Ayo!!! Masih ada tahun depan. SMANDA!!!….., SEMANGAT!!!.”.
Aku yang melihat responnya terhadap hasil pertandingan kami itu jadi merasa terharu dan hamper mengeluarkan air mata.
“Ra, maafin gua. Gua kurang maksimal. Sekali lagi maafin gua….”. ucapku sambil membungkukkan badan pertanda rasa bersalahku.
Namun, Ara hanya membalasnya dengan senyuman dan menepuk pundakku.
“Sudah mal, tidak apa-apa. Maafin gua juga, seharusnya elo masuk dari quarter pertama. Ohya, ada yang nyariin tuh diparkiran motor lo.” Ucapnya sambil menunjuk kea rah parkiran dimana motorku diparkirkan.
“Gimana pertandingannya? Pasti Jamal capai banget ya.”, Suara cewek yang sudah tidak asing lagi di telingaku saat aku tiba diparkiran.
“NITA???….”, balasku saat aku menyadari siapa cewek yang menyapaku tadi.
“Iya, gimana hasilnya? Maaf, aku baru datang. Tadi habis acara Maulud Nabi di Masjid Agung.” Ucapnya.
“Ah, iya. Nggak apa-apa kok. Eh, tadi…., kami kalah. Nggak jadi masuk final. Ehm, terus pulang kan? Aku anterin yuk.”.
Akupun langsung menyalakan mesin motorku dan menjalankannya untuk kemudian mengantarkan Nita pulang kerumah. Sepanjang perjalanan pulang, ia menceritakan semua yang terjadi.
Esoknya disekolah, saat melihat pengumuman tentang penjurusan. Aku melihat pada papan pengumuman dan disana tercantum namaku dan Nita masuk di jurusan Bahasa. Ya, dari kelas satu kami memang sangat menyukai pelajaran bahasa. Terutama sastra. Walaupun, bahasa Inggrisku tidak begitu lancar. Bicara soal bahasa, aku jadi teringat dengan sobatku si jago bule, Dwi.
“Jemal…….., akhirnya kita juga satu kelas.”. Teriak Dwi yang baru saja datang.
“Ha?… Oh my god!…”, balasku.
Di tahun ajaran yang baru ini, aku akan lebih berusaha lagi. Berusaha untuk menjadi MVP. Dengan posisi ku sekarang di team basket sebagai kapten baru. Ara, mantan kapten kami kini sudah lulus, ia melanjutkan studinya di Universitas Indonesia.
“Ayo, SMANDA!!!! Apa tujuan kita?!!…”, teriakku Pada anak kelas satu.
“PIALA LIGA HEXOS!!!…”, Teriak seluruh anggota team.
Api semangat mulai menyala dalam jiwa kami. Dengan nuansa baru, posisi yang baru, serta manajer yang baru, belahan Jiwa hatiku, Nita. Kami pasti bisa meraih impian kami.

SELESAI